Ketujuh, ikhtilaf dalam mengkompromikan dua pendapat yang berbeda. Contohnya, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang menghadap kiblat ketika buang hajat, lalu suatu kaum berpendapat tentang keumuman hukum ini dan ketentuan ini tidak mansukh (dihapuskan). Jabir -radhiyallahu ‘anhu- pernah melihat beliau buang air kecil sambil menghadap kiblat, satu tahun sebelum beliau wafat, sehingga ia berpendapat bahwa hukum larangan sudah mansukh (dihapuskan). Sementara Ibnu ‘Umar -radhiyallahu ‘anhuma- sendiri pernah melihat beliau buang hajat sambil menghadap kiblat, sehingga ia membantah pendapat lain yang berlainan dengan hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar